Upaya Penerapan Pendidikan Karakter Bagi Siswa SMA
Karakter seorang individu terbentuk sejak dia kecil karena pengaruh genetik dan lingkungan sekitar. Proses pembentukan karakter, baik disadari maupun tidak, akan mempengaruhi cara individu tersebut memandang diri dan lingkungannya dan akan tercermin dalam perilakunya sehari-hari.
SMA sebagai lembaga pendidikan tingkat lanjutan adalah salah satu sumber daya yang penting. Sambil mengevaluasi tujuan kita, sangatlah penting untuk menyusun kurikulum yang secara jelas memuat pendidikan karakter. Namun, semakin singkatnya waktu studi serta mahalnya biaya pendidikan mendorong siswa menjadi siswa yang pragmatis dalam mencapai cita-citanya.
Kegiatan akademik sangat menuntut konsentrasi siswa sehingga porsi bagi kegiatan kegiatan sosial menjadi semakin sedikit. Dorongan untuk berinteraksi secara sosial dengan sesama sangat kurang, padahal hal ini sangat penting dalam pembentukan karakter.
Berdasarkan observasi singkat kepada para alumni, ditemukan bahwa banyak alumni yang ternyata tidak siap terjun ke dunia perkuliahan. Daya tahan dan kemampuan beradaptasi dalam lingkungan dan tekanan pekerjaan sering dikeluhkan sebagai kendala utama yang menghambat pengembangan karir. Menyadari bahwa karakter individu tidak bisa dibentuk hanya melalui satu atau dua kegiatan saja, maka akan disusun kurikulum pembinaan karakter dalam mata pelajaran yang berkesinambungan dan terintegrasi dalam pembelajaran, dimana proses tersebut juga melibatkan guru, karyawan, dan lembaga lain dalam sekolah, sehingga manfaat pembinaan karakter dapat dirasakan.
Pentingnya Pendidikan Karakter
1. Definisi Karakter
“Character determines someone’s private thoughts and someone’s actions done. Good character is the inward motivation to do what is right, according to the highest standard of behaviour, in every situation” (Hill, 2002).
Pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan perilaku yang membantu individu untuk hidup dan bekerja bersama sebagai keluarga, masyarakat, dan bernegara dan membantu mereka untuk membuat keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan. Karakter yang menjadi acuan seperti yang terdapat dalam The Six Pillars of Character yang dikeluarkan oleh Character Counts! Coalition ( a project of The Joseph Institute of Ethics).
Enam jenis karakter yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Trustworthiness, bentuk karakter yang membuat seseorang menjadi: berintegritas, jujur, dan loyal
b. Fairness, bentuk karakter yang membuat seseorang memiliki pemikiran terbuka serta tidak suka memanfaatkan orang lain.
c. Caring, bentuk karakter yang membuat seseorang memiliki sikap peduli dan perhatian terhadap orang lain maupun kondisi sosial lingkungan sekitar.
d. Respect, bentuk karakter yang membuat seseorang selalu menghargai dan menghormati orang lain.
e. Citizenship, bentuk karakter yang membuat seseorang sadar hukum dan peraturan serta peduli terhadap lingkungan alam.
f. Responsibility, bentuk karakter yang membuat seseorang bertanggung jawab, disiplin, dan selalu melakukan sesuatu dengan sebaik mungkin.
2. Pendidikan Karakter di Negara Lain
Sumber yang ada menunjukkan bahwa pendidikan karakter di beberapa negara dimulai sejak pendidikan dasar, seperti di Amerika Serikat, Jepang, Cina, dan Korea. Apakah ada bukti bahwa implementasi pendidikan karakter yang tersusun secara sistematis betul-betul memiliki efek positif dalam pencapaian akademis? Jawabannya ya. Berikut akan diberikan abstrak dari beberapa studi hasil pendidikan karakter di Amerika dan Cina. Pemerintah Amerika sangat mendukung program pendidikan karakter yang diterapkan sejak pendidikan dasar. Hal ini terlihat pada kebijakan pendidikan tiap-tiap negara bagian yang memberikan porsi cukup besar dalam perancangan dan pelaksanaan pendidikan karakter. Hal ini bisa terlihat pada banyaknya sumber pendidikan karakter di Amerika yang bisa diperoleh. Kebanyakan, program-program dalam kurikulum pendidikan karakter tersebut menekankan pada experiental study sebagai sarana pengembangan karakter siswa. The Monk Study. Dalam penelitiannya, Mr. Doug Monk dari Kingwood Middle School di Humble, Texas, membandingkan evaluasi para guru terhadap murid sebelum dan sesudah diimplementasikannya kurikulum Lessons in Character. Dalam kurikulum yang lebih banyak mengajak murid untuk berinteraksi dalam kegiatan-kegiatan sosial dan mengembangkan kepekaan mereka, telah memberikan dampak positif dalam perubahan cara belajar, kepedulian dan rasa hormat terhadap para staff sekolah, dan meningkatnya keterlibatan para murid secara sukarela dalam proyek-proyek kemanusiaan (Brooks, 2005).
Di negara Cina, dalam program reformasi pendidikan yang diinginkan oleh Deng Xiaoping pada tahun 1985, secara eksplisit diungkapkan tentang pentingnya pendidikan karakter:
Throughout the reform of the education system, it is imperative to bear in mind that reform is for the fundamental purpose of turning every citizen into a man or woman of character and cultivating more constructive members of society (Li, 2005).
Karena itu program pendidikan karakter telah menjadi kegiatan yang menonjol di Cina yang dijalankan sejak jenjang pra-sekolah sampai universitas. Li Lanqing, seorang politikus dan birokrat Cina yang mempunyai pemahaman yang komprehensif dan mendalam tentang pendidikan menekankan tentang bahayanya system pendidikan yang terlalu menekankan hapalan, drilling, dan cara mengajar yang kaku, termasuk sistem pendidikan yang berorientasi hanya untuk lulus dalam ujian. Sebagai hasilnya, Cina yang relatif baru bangkit dari keterpurukan ekonomi, sosial, dan budaya akibat Revolusi Kebudayaan yang dijalankan oleh Mao, bisa begitu cepat mengejar ketertinggalannya dan menjadi Negara yang maju. Presiden Jiang Zemin sendiri pernah mengumpulkan semua anggota Politburo khusus untuk membahas bagaimana mengurangi beban pelajaran siswa melalui adopsi system pendidikan yang patut secara umur dan menyenangkan, dan pengembangan seluruh aspek dimensi manusia; aspek kognitif (intelektual), karakter, aestetika, dan fisik (atletik) (Li, 2005).
Analisisnya dengan pembelajaran TIK
Materi pengembangan karakter yang akan dijadikan tujuan dalam program ini jika dikaitkan dengan pembelajaranan TIK ditentukan berdasarkan hasil identifikasi karakter mahasiswa. Karakter adalah variabel yang sangat sulit diukur, bahkan dengan alat psikotes sekalipun. Bagaimanapun juga untuk dapat merancang suatu program pembinaan karakter dengan tepat, harus dilakukan pengukuran terhadap karakter siswa. Dibutuhkan alat dan perangkat untuk memberikan gambaran karakter individu
Output dari tes yang dharapkan adalah nilai rendah, sedang, dan tinggi untuk masing-masing karakter dalam pelajaran TIK untuk setiap siswa. Hasil ini akan dibobotkan dan diperoleh total skor tiap karakter untuk keseluruhan siswa yang diuji.
Penyusunan program dalam pelajaran TIK, pengembangan karakter yang sistematis membutuhkan proses dan waktu yang cukup panjang. Perlu dilakukan dalam materi pelajaran TIK untuk memprogramkan pengembangan karakter berupa kegiatan live in di dalam sekolah selama beberapa minggu dan pekan kepedulian bagi siswa
Setelah program dilaksanakan, maka harus dilakukan evaluasi kegiatan dan pengukuran untuk menilai efektivitas dari program yang sudah dilakukan. Kesulitan yang dihadapi dalam hal ini adalah, seperti sudah dijelaskan sebelumnya bahwa karakter berkembang melalui sebuah proses, bukan hanya even yang berpengaruh sesaat saja. Oleh karena itu, tentunya tidak valid jika tes karakter kembali diterapkan sesaat setelah program selesai dijalankan.
Hambatan
Belum membudayanya pendidikan karakter di sekolah – sekolah untuk mata pelajaran TIK menjadi tantangan tersendiri bagi upaya pengembangannya. Hal ini menyebabkan baik pendidik maupun peserta didik belum terbiasa dengan model pendidikan karakter. Dibutuhkan komitmen yang kuat untuk bisa merancang dan melaksanakan program ini dengan efektif.
0 comments:
Post a Comment