Keperawatan merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Keperawatan adalah ilmu yang berkenaan dengan masalah-masalah fisik, psikologis, sosiologis, budaya dan spiritual dari individu(10). Selain itu pelayanan keperawatan merupakan salah satu faktor penentu baik buruknya mutu dan citra rumah sakit. Oleh karena itu kualitas pelayanan keperawatan perlu dipertahankan dan ditingkatkan seoptimal mungkin. (Depkes,RI)
Untuk menilai kualitas pelayanan keperawatan diperlukan adanya standar praktik keperawatan yang merupakan pedoman bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang diwujudkan dalam bentuk proses keperawatan baik dari pengkajian sampai evaluasi serta pendokumentasian asuhan keperawatan. Dokumentasi keperawatan merupakan bukti pencatatan dan pelaporan yang dimiliki perawat dalam melakukan catatan keperawatan yang berguna untuk kepentingan klien, perawat dan tim kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis dengan tanggung jawab perawat. (Nursalam)
Supaya pelayanan keperawatan berkualitas maka perawat diharapkan bisa menerapkan asuhan keperawatan dengan pendokumentasian yang benar. Namun seringkali perawat belum maksimal dalam melaksanakan dokumentasi. Kelancaran pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan ditentukan oleh kepatuhan perawat dikarenakan asuhan keperawatan merupakan tugas perawat sebagai tenaga profesional yang bekerja di rumah sakit selama 24 jam secara terus menerus yang dibagi dalam 3 (tiga) shift, yaitu pagi, sore dan malam. Dengan porsi waktu yang cukup lama kontak dengan klien, maka perawat mempunyai andil yang cukup besar dalam melakukan asuhan keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan.
Kepatuhan adalah suatu perilaku manusia yang taat terhadap aturan, perintah, prosedur dan disiplin(1). Kepatuhan perawat adalah perilaku perawat sebagai seorang yang profesional terhadap suatu anjuran, prosedur atau peraturan yang harus dilakukan atau ditaati. Kepatuhan perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan diartikan sebagai ketaatan untuk melaksanakan pendokumentasian asuhan keperawatan sesuai prosedur tetap (protap) yang telah ditetapkan.
Di Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus mempunyai Tim Peningkatan Mutu Keperawatan yang salah satu tugasnya mengadakan studi dokumentasi pada setiap ruangan di rumah sakit pada 30 sampel catatan perawatan yang dilakukan setiap 3 bulan sekali. Pada bulan Maret 2007 didapatkan data rata-rata dokumentasi asuhan keperawatan 44,38%. Pada bulan November 2007 juga dilakukan studi dokumentasi lagi dan didapatkan rata-rata 58,9%. Walaupun ada peningkatan nilai tapi belum sempurna diharapkan dokumentasi keperawatan akan lebih baik lagi dan mencapai lebih dari 80%, seiring dengan perkembangan jaman dan tuntutan dari masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang profesional. Kesalahan sekecil apapun yang dilakukan seorang perawat akan berdampak terhadap citra keperawatan secara keseluruhan dan akan dimintai pertanggungjawaban dan tanggung gugat oleh konsumen. (Nursalam)
Upaya untuk memberikan pelayanan dengan tanggung jawab dan tanggung gugat bisa ditempuh dengan terselenggaranya kegiatan pencatatan dan pelaporan dengan baik dan benar. Dokumentasi proses keperawatan tidak hanya bermakna sebagai alat pertanggungjawaban dan pertanggunggugatan yang dilihat dari sisi hukum, namun dokumentasi juga bermakna penting untuk jaminan mutu, komunikasi, keuangan, pendidikan, penelitian dan akreditasi (Nursalam).
Setelah dilakukan uji hubungan dengan Chi Square, didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara unsur tenaga, pelatihan, sarana, supervisi, reward, punishment, waktu, kegunaan dan motivasi dengan pendokumentasian asuhan keperawatan di Ruang Rawat Inap RS Mardi Rahayu Kudus dengan masing-masing nilai r 0,003 ; r 0,001 ; r 0,006 ; r 0,017 ; r 0,017 ; r 0,002 ; r 0,037 ; r 0,013; r 0,002
Kemudian faktor-faktor yang ada hubungannya diujikan lagi dengan Regresi Logistik. Dan didapatkan hasil bahwa faktor tenaga dan motivasi adalah faktor dominan yang mempengaruhi pendokumentasian asuhan keperawatan di Ruang Rawat Inap RS Mardi Rahayu Kudus dengan nilai r masing-masing, unsur tenaga 0,004 dan motivasi 0,011
Semakin tenaga tidak memadai dan motivasi yang tidak ada akan menurunkan kualitas asuhan keperawatan, terbukti dengan nilai peluang yang paling kecil yaitu 0,1770. Sebaliknya semakin perawat merasa tenaganya memadai dan motivasi yang tinggi maka akan meningkatkan kualitas pendokumentasian asuhan keperawatan, terbukti dengan nilai peluang yang semakin besar yaitu 0,9288.
Ketenagaan adalah pengaturan proses mobilisasi potensi dan pengembangan sumber daya manusia dalam memenuhi tuntutan tugas untuk mencapai tujuan individu, organisasi maupun masyarakat dimana ia berkarya (Suyanto). Hambatan-hambatan dalam ketenagaan diantaranya a) Kemangkiran/absen dari perawat yaitu merupakan kehilangan waktu yang berakibat kerugian secara kualitas dan ekonomi bagi instansi. b) Keluar masuknya tenaga (Turn Over), sangat mengganggu pelaksanaan pelayanan keperawatan yang akan mempengaruhi kualitas pelayanan yang diberikan. c) Kejenuhan (Burn Out), yaitu keadaan dimana perawat merasa dirinya semakin kurang kemampuannya, beban kerjanya yang berlebihan sehingga menjadi kurang produktif.(31)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan tenaga keperawatan adalah dari faktor klien, faktor tenaga, faktor lingkungan dan organisasi. Faktor klien, diantaranya kondisi pasien sesuai dengan jenis penyakit dan usianya, jumlah pasien dan fluktuasinya, keadaan sosial ekonomi dan harapan pasien dan keluarga. Faktor tenaga, diantaranya jumlah dan komposisi tenaga keperawatan, kebijakan pengaturan dinas, uraian tugas perawat, kebijakan personalia, tingkat pendidikan dan pengalaman kerja, tenaga perawat spesialis. Faktor lingkungan, diantaranya tipe dan lokasi rumah sakit, fasilitas dan jenis pelayanan, kelengkapan peralatan medik, pelayanan penunjang dan macam kegiatan yang dilaksanakan seperti penyuluhan dan kunjungan rumah. Faktor organisasi, diantaranya mutu pelayanan yang ditetapkan dan kebijakan pembinaan dan pengembangan.
Banyak faktor yang mempengaruhi ketenagaan di rumah sakit. Dengan ketenagaan yang kurang dan formasi yang tidak sesuai di setiap ruangan maka akan mempengaruhi terhadap penurunan kualitas dokumentasi asuhan keperawatan. Dengan penurunan kualitas dokumentasi asuhan keperawatan berarti fungsi dokumentasi sebagai alat komunikasi, mekanisme pertanggung gugatan, metode pengumpulan data, sarana pelayanan keperawatan, sarana evaluasi, sarana meningkatkan kerjasama antar tim kesehatan, sarana pendidikan, audit pelayanan keperawatan, akan tidak mempunyai fungsi dan manfaat yang maksimal dalam peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit. Tetapi ada beberapa perawat yang juga berpendapat, walaupun tenaga cukup tetapi motivasi perawat tidak ada maka pendokumentasian asuhan keperawatan juga tidak akan berfungsi maksimal.
Menurut Uji regresi logistik, faktor motivasi juga merupakan faktor dominan kedua yang dapat mempengaruhi pendokumentasian asuhan keperawatan. Motivasi merupakan energi yang mendorong seseorang untuk bangkit menjalankan tugas pekerjaan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Agar motivasi dapat terus ada, diperlukan cara untuk menciptakan iklim kerja diantaranya mengidentifikasi sumber stress, yang berupa jumlah pasien berlebihan, kondisi pasien yang berat dan serius, staf perawat kurang, konflik diantara perawat dan dokter. Melakukan tindakan pencegahan atau mengurangi stress, yang berupa rotasi dinas yang luwes, tidak terlalu sering melakukan perubahan dan mengadakan program latihan. Menciptakan suasana kerja yang akrab dan terbuka, komunikasi yang efektif, mengurangi kontrol yang berlebihan, memberikan reinforcement pada hasil kerja, peningkatan kesejahteraan (Swansburg)
Motivasi merupakan suatu proses emosi dan proses psikologis dan bukan logis. Motivasi pada dasarnya merupakan proses yang tidak disadari. Jadi dalam tiap individu kebutuhan untuk memotivasi berbeda dari waktu ke waktu. Kuncinya kebutuhan mana yang saat itu paling dominan. Untuk pendokumentasian asuhan keperawatan dibutuhkan motivasi perawat yang timbul sepenuhnya dari hati. Sehingga untuk menimbulkan motivasi yang baik maka perawat sendiri perlu menyadari kebutuhan dan kepentingan pendokumentasian asuhan keperawatan (Swansburg)
Untuk memotivasi seorang perawat, selain kesadaran dari orang itu sendiri, perlu orang lain yang memberi motivasi karena dengan kehadiran orang lain akan semakin meningkatkan motivasi dalam diri perawat. Dalam hal ini sosok manajer perawat diharapkan dapat mengaplikasikan teknik, keterampilan dan pengetahuan termasuk teori motivasi untuk membantu perawat memperoleh apa yang mereka inginkan dari pekerjaan perawatan (Swansburg)
Semua orang mempunyai motivasi namun pilihan untuk bertindak tergantung dari individu. Untuk itu motivasi harus memberikan stimulus yang baik bagi seseorang dalam melakukan sesuatu. Seorang perawat diharapkan mempunyai motivasi yang benar dalam pendokumentasian asuhan keperawatan. Setiap orang pasti mempunyai motivasi yang berbeda-beda, walaupun berbeda tetapi janganlah menghambat proses pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan yang menjadi tolok ukur bagi perawat dalam bekerja. Sebaliknya dengan perbedaan motivasi akan meningkatkan kesadaran diri bahwa perawat sebenarnya merupakan pekerjaan yang membuthkan pelayanan yang prima bagi pasien-pasiennya.
Dengan kesadaran diri perawat maka akan meningkatkan motivasi perawat dalam melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan. Dengan motivasi diri yang tinggi dan kepatuhan dari seorang perawat maka pencapaian tujuan akan pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan akan dilakukan dengan baik dan meningkatkan pelayanan yang berkualitas dan profesional dalam bidang keperawatan,
Hal ini juga sudah terbukti dengan hasil penelitian diatas bahwa semakin tenaga yang memadai dan motivasi yang ada dalam diri perawat akan membuat peluang perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan semakin tinggi nilainya.
Untuk menilai kualitas pelayanan keperawatan diperlukan adanya standar praktik keperawatan yang merupakan pedoman bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang diwujudkan dalam bentuk proses keperawatan baik dari pengkajian sampai evaluasi serta pendokumentasian asuhan keperawatan. Dokumentasi keperawatan merupakan bukti pencatatan dan pelaporan yang dimiliki perawat dalam melakukan catatan keperawatan yang berguna untuk kepentingan klien, perawat dan tim kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis dengan tanggung jawab perawat. (Nursalam)
Supaya pelayanan keperawatan berkualitas maka perawat diharapkan bisa menerapkan asuhan keperawatan dengan pendokumentasian yang benar. Namun seringkali perawat belum maksimal dalam melaksanakan dokumentasi. Kelancaran pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan ditentukan oleh kepatuhan perawat dikarenakan asuhan keperawatan merupakan tugas perawat sebagai tenaga profesional yang bekerja di rumah sakit selama 24 jam secara terus menerus yang dibagi dalam 3 (tiga) shift, yaitu pagi, sore dan malam. Dengan porsi waktu yang cukup lama kontak dengan klien, maka perawat mempunyai andil yang cukup besar dalam melakukan asuhan keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan.
Kepatuhan adalah suatu perilaku manusia yang taat terhadap aturan, perintah, prosedur dan disiplin(1). Kepatuhan perawat adalah perilaku perawat sebagai seorang yang profesional terhadap suatu anjuran, prosedur atau peraturan yang harus dilakukan atau ditaati. Kepatuhan perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan diartikan sebagai ketaatan untuk melaksanakan pendokumentasian asuhan keperawatan sesuai prosedur tetap (protap) yang telah ditetapkan.
Di Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus mempunyai Tim Peningkatan Mutu Keperawatan yang salah satu tugasnya mengadakan studi dokumentasi pada setiap ruangan di rumah sakit pada 30 sampel catatan perawatan yang dilakukan setiap 3 bulan sekali. Pada bulan Maret 2007 didapatkan data rata-rata dokumentasi asuhan keperawatan 44,38%. Pada bulan November 2007 juga dilakukan studi dokumentasi lagi dan didapatkan rata-rata 58,9%. Walaupun ada peningkatan nilai tapi belum sempurna diharapkan dokumentasi keperawatan akan lebih baik lagi dan mencapai lebih dari 80%, seiring dengan perkembangan jaman dan tuntutan dari masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang profesional. Kesalahan sekecil apapun yang dilakukan seorang perawat akan berdampak terhadap citra keperawatan secara keseluruhan dan akan dimintai pertanggungjawaban dan tanggung gugat oleh konsumen. (Nursalam)
Upaya untuk memberikan pelayanan dengan tanggung jawab dan tanggung gugat bisa ditempuh dengan terselenggaranya kegiatan pencatatan dan pelaporan dengan baik dan benar. Dokumentasi proses keperawatan tidak hanya bermakna sebagai alat pertanggungjawaban dan pertanggunggugatan yang dilihat dari sisi hukum, namun dokumentasi juga bermakna penting untuk jaminan mutu, komunikasi, keuangan, pendidikan, penelitian dan akreditasi (Nursalam).
Setelah dilakukan uji hubungan dengan Chi Square, didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara unsur tenaga, pelatihan, sarana, supervisi, reward, punishment, waktu, kegunaan dan motivasi dengan pendokumentasian asuhan keperawatan di Ruang Rawat Inap RS Mardi Rahayu Kudus dengan masing-masing nilai r 0,003 ; r 0,001 ; r 0,006 ; r 0,017 ; r 0,017 ; r 0,002 ; r 0,037 ; r 0,013; r 0,002
Kemudian faktor-faktor yang ada hubungannya diujikan lagi dengan Regresi Logistik. Dan didapatkan hasil bahwa faktor tenaga dan motivasi adalah faktor dominan yang mempengaruhi pendokumentasian asuhan keperawatan di Ruang Rawat Inap RS Mardi Rahayu Kudus dengan nilai r masing-masing, unsur tenaga 0,004 dan motivasi 0,011
Semakin tenaga tidak memadai dan motivasi yang tidak ada akan menurunkan kualitas asuhan keperawatan, terbukti dengan nilai peluang yang paling kecil yaitu 0,1770. Sebaliknya semakin perawat merasa tenaganya memadai dan motivasi yang tinggi maka akan meningkatkan kualitas pendokumentasian asuhan keperawatan, terbukti dengan nilai peluang yang semakin besar yaitu 0,9288.
Ketenagaan adalah pengaturan proses mobilisasi potensi dan pengembangan sumber daya manusia dalam memenuhi tuntutan tugas untuk mencapai tujuan individu, organisasi maupun masyarakat dimana ia berkarya (Suyanto). Hambatan-hambatan dalam ketenagaan diantaranya a) Kemangkiran/absen dari perawat yaitu merupakan kehilangan waktu yang berakibat kerugian secara kualitas dan ekonomi bagi instansi. b) Keluar masuknya tenaga (Turn Over), sangat mengganggu pelaksanaan pelayanan keperawatan yang akan mempengaruhi kualitas pelayanan yang diberikan. c) Kejenuhan (Burn Out), yaitu keadaan dimana perawat merasa dirinya semakin kurang kemampuannya, beban kerjanya yang berlebihan sehingga menjadi kurang produktif.(31)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan tenaga keperawatan adalah dari faktor klien, faktor tenaga, faktor lingkungan dan organisasi. Faktor klien, diantaranya kondisi pasien sesuai dengan jenis penyakit dan usianya, jumlah pasien dan fluktuasinya, keadaan sosial ekonomi dan harapan pasien dan keluarga. Faktor tenaga, diantaranya jumlah dan komposisi tenaga keperawatan, kebijakan pengaturan dinas, uraian tugas perawat, kebijakan personalia, tingkat pendidikan dan pengalaman kerja, tenaga perawat spesialis. Faktor lingkungan, diantaranya tipe dan lokasi rumah sakit, fasilitas dan jenis pelayanan, kelengkapan peralatan medik, pelayanan penunjang dan macam kegiatan yang dilaksanakan seperti penyuluhan dan kunjungan rumah. Faktor organisasi, diantaranya mutu pelayanan yang ditetapkan dan kebijakan pembinaan dan pengembangan.
Banyak faktor yang mempengaruhi ketenagaan di rumah sakit. Dengan ketenagaan yang kurang dan formasi yang tidak sesuai di setiap ruangan maka akan mempengaruhi terhadap penurunan kualitas dokumentasi asuhan keperawatan. Dengan penurunan kualitas dokumentasi asuhan keperawatan berarti fungsi dokumentasi sebagai alat komunikasi, mekanisme pertanggung gugatan, metode pengumpulan data, sarana pelayanan keperawatan, sarana evaluasi, sarana meningkatkan kerjasama antar tim kesehatan, sarana pendidikan, audit pelayanan keperawatan, akan tidak mempunyai fungsi dan manfaat yang maksimal dalam peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit. Tetapi ada beberapa perawat yang juga berpendapat, walaupun tenaga cukup tetapi motivasi perawat tidak ada maka pendokumentasian asuhan keperawatan juga tidak akan berfungsi maksimal.
Menurut Uji regresi logistik, faktor motivasi juga merupakan faktor dominan kedua yang dapat mempengaruhi pendokumentasian asuhan keperawatan. Motivasi merupakan energi yang mendorong seseorang untuk bangkit menjalankan tugas pekerjaan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Agar motivasi dapat terus ada, diperlukan cara untuk menciptakan iklim kerja diantaranya mengidentifikasi sumber stress, yang berupa jumlah pasien berlebihan, kondisi pasien yang berat dan serius, staf perawat kurang, konflik diantara perawat dan dokter. Melakukan tindakan pencegahan atau mengurangi stress, yang berupa rotasi dinas yang luwes, tidak terlalu sering melakukan perubahan dan mengadakan program latihan. Menciptakan suasana kerja yang akrab dan terbuka, komunikasi yang efektif, mengurangi kontrol yang berlebihan, memberikan reinforcement pada hasil kerja, peningkatan kesejahteraan (Swansburg)
Motivasi merupakan suatu proses emosi dan proses psikologis dan bukan logis. Motivasi pada dasarnya merupakan proses yang tidak disadari. Jadi dalam tiap individu kebutuhan untuk memotivasi berbeda dari waktu ke waktu. Kuncinya kebutuhan mana yang saat itu paling dominan. Untuk pendokumentasian asuhan keperawatan dibutuhkan motivasi perawat yang timbul sepenuhnya dari hati. Sehingga untuk menimbulkan motivasi yang baik maka perawat sendiri perlu menyadari kebutuhan dan kepentingan pendokumentasian asuhan keperawatan (Swansburg)
Untuk memotivasi seorang perawat, selain kesadaran dari orang itu sendiri, perlu orang lain yang memberi motivasi karena dengan kehadiran orang lain akan semakin meningkatkan motivasi dalam diri perawat. Dalam hal ini sosok manajer perawat diharapkan dapat mengaplikasikan teknik, keterampilan dan pengetahuan termasuk teori motivasi untuk membantu perawat memperoleh apa yang mereka inginkan dari pekerjaan perawatan (Swansburg)
Semua orang mempunyai motivasi namun pilihan untuk bertindak tergantung dari individu. Untuk itu motivasi harus memberikan stimulus yang baik bagi seseorang dalam melakukan sesuatu. Seorang perawat diharapkan mempunyai motivasi yang benar dalam pendokumentasian asuhan keperawatan. Setiap orang pasti mempunyai motivasi yang berbeda-beda, walaupun berbeda tetapi janganlah menghambat proses pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan yang menjadi tolok ukur bagi perawat dalam bekerja. Sebaliknya dengan perbedaan motivasi akan meningkatkan kesadaran diri bahwa perawat sebenarnya merupakan pekerjaan yang membuthkan pelayanan yang prima bagi pasien-pasiennya.
Dengan kesadaran diri perawat maka akan meningkatkan motivasi perawat dalam melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan. Dengan motivasi diri yang tinggi dan kepatuhan dari seorang perawat maka pencapaian tujuan akan pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan akan dilakukan dengan baik dan meningkatkan pelayanan yang berkualitas dan profesional dalam bidang keperawatan,
Hal ini juga sudah terbukti dengan hasil penelitian diatas bahwa semakin tenaga yang memadai dan motivasi yang ada dalam diri perawat akan membuat peluang perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan semakin tinggi nilainya.
Sumber Artikel:
- Arikunto S. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta. PT Rineka Cipta. 2002.
- Azis Alimul. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta. Salemba Medika. 2003.
- Depkes RI. Standar Asuhan Keperawatan. Jakarta. 1997.
Baca juga:
0 comments:
Post a Comment