Teori Psikoanalisa Sigmud Freud

Posted by

Teori Psikoanalisa Sigmud Freud

A. Latar Belakang Sosial Dan Intelektual
1. Biografi Sigmund Freud 
Sigmund Freud adalah seorang psikolog yang berasal dari kota Wina, Austria. Freud dilahirkan dari kandungan seorang ibu yang bernama Amalia yaitu seorang yang cantik, tegas, masih muda, dau puluh tahun lebih muda dari suaminya dan merupakan istri ketiga dari ayahnya Jacob Freud.

Freud lahir tepatnya pada tanggal 6 Mei 1856 di Freigery sebuah kota kecil yang didominasi penduduk asli Muravia , yang sekarang ini lebih dikenal dengan sebutan Pribar, Cekoslowakia, Austria. Ia meninggal di London pada tanggal 23 September 1939. Selama hampir 80 tahun Freud tinggal di Wina dan baru meninggalkan kota ketiaka Nazi menaklukkan Austria. Pada tahun 1860, ketika Freud hampir berusia 4 tahun, kelaurganya pindah ke Wina (Wina, ibukota Austria) yang kemudian menjadi semacam magnet bagi kaum imigran. Saat itu adalah masa-masa awal dimulainya era liberal pada kekaisaran Hapsburg. Kaum Yahudi baru saja terbebas dari pajak-pajak yang memberatkan serta berbagai pembatasan menghina seperti tentang hak-hak kepemilikan mereka, pilihan-pilihan karer, praktek-praktek keagamaan yang dianut. 

Kemerdekaan ini kemudian membawa harapan-harapan realistis pada bidang perkembangan taraf ekonomi, partisipasi politik serta menjadi ukuran baru bagi standar penerimaan sosial. Saat itu adalah masa dimana (seingat Freud) “Para murid berdarah Yahudi yang taat, selalu membawa album foto tokohtokoh Yahudi yang menjadi Menteri kabinet, dalam tas mereka.” Freud muda terlatih untuk selalu memiliki ambisi-ambisi tinggi. Sebagai anak pertama dan kesayangan keluarga, dia difasilitasi kamar pribadi oleh orang taunya. Dia memperlihatkan bakat-bakat yang luar biasa semenjak hari pertama sekolahnya dan disekolah lanjutan (disebut Gymnasium: sekolah lanjutan swasta sebelum masuk perguruan tinggi), dia selalu berada di peringkat pertama dari tahun ke tahun.

Sigmund Freud terlahir dari keluarga berkebangsaan dan beragama Yahudi. Akan tetapi sosok Freud bukanlah sebagai seorang yang taat pada agama, ini terbukti karena Freud jarang sekali bahkan tidak pernah menjalankan apa yang diperintahkan oleh agamanya. Sigmund Freud meninggalkan segala keyakinan agamanya dikarenakan ia menganggap bahwa agama itu hanyalah merupakan suatu khayalan belaka. Namun disisi lain Freud menyadari akan dirinya sebagai seorang yang beragama Yahudi dimana Freud selalu menghadiri pertemuan-pertemuan B’nai B’rith yaitu pertemuan masyarakat Yahudi setempat, Freud juga menolak royalti atas buku-bukunya yang akan diterjemahkan ke dalam bahasa Yiddish dan Ibrani. Bahkan Sigmund Freud beranggapan bahwa kebebasan intelektualnya selama ini disebabkan karena keyahudiannya. Pernyataan ini ditulis sendiri ketika pertama kali ia mengalami “antisemifisme” di Universitas Wina.

Pada tahun 1873, Sigmund Freud masuk kuliah di Universitas Wina tepatnya di fakultas kedokteran. Sebagai seorang mahasiswa yang sedang melakukan pendidikan tentang ilmu hayat, Freud selama perempatan akhir dari abad ke-19, mengalami banyak kesukaran terutama untuk menghindarkan diri dari pengaruh ilmu fisika. Energi dan dinamika yang mengalir dalam setiap laboratorium kemudian menyusul kedalam jiwa setiap sarjana. Meskipun demikian Freud mendapatkan banyak keuntungan terutama pada saat ia melakukan penelitian di dalam bidang ilmu hayat. Ia berada di bawah asuhan Ernst Brucke seorang direktur dari laboratorium physicology di Universitas Wina dan Ernst Brucke merupakan psikolog terbesar dalam abad ke-19 itu.

Setelah lulus pada tahun 1881, Sigmund Freud sebagai peneliti yang brilian, dia sagat terlatih untuk melakukan observasi secara mendalam dan mengkaji kesesuaian pendirian dalam berbagai keragu-raguan ilmiah. Dia mendapat kehormatan untuk bekerja sama dengan professor-preofesor bereputasi internasional, yang hampir kesemuanya adalah kaum positivis dari luar Jerman yang meremehkan pemikiran-pemikiran metafisik dan penjelasan-penjelasan religiuas tentang fenomena alam. Bahkan, setelah Freud memodifikasi teori mereka tentang jiwa yang pada intinya hanya sedikit mengaburkan teori-teori fisiologi, dia tetap mengingat para guruguru besar itu dengan rasa terima kasih yang tidak dibuat-buat. Satu dari mereka yang paling dia kenang, Ernst Brunke, seorang fisiolog terkenal dan pemberi tugas-tugas sulit, bahkan menegaskan Freud sebagai seorang pembangkang, kafir.

Sigmund Freud lebih senang mengisi kehidupannya dengan penelitian, karena dari penelitian ia mendapatkan kepuasaan tersebut. Pada tahun 1882, atas saran brucke, dengan enggan Freud meninggalkan kursi kerjanya di laboratorium dan berpindah tugas dirumah sakit umum Wina. Alasannya cukup romantis: di bulan April dia berjumpa dengan Martha Bernays, seorang perempuan muda yang cantik, lembut dan bertubuh langsing dari Jerman bagian utara, ketika dia sedang mengunjungi salah satu saudarinya. Kemudian Freud sangat tergila-gila dengan perempuan ini. Secar diam-diam mereka bertunangan, namun saat itu dia merasa masih terlalu miskin untuk membentuk sebuah keluarga borjuis yang terhormat (yang mereka anggap penting). Mendekati September 1886, sekitar 5 bulan setelah peresmian praktiknya di Wina, dengan tambahan dana dari hadiah-hadiah dan pinjaman dana dari teman-teman yang kaya, akhirnya mereka dapat menikah. Dalam sembilan tahun mereka mempunyai enam keturunan. Anaknya yang bungsu, Anna, tumbuh menjadi orang kepercayaan sekaligus sekretaris, perawat, murid dan wakil dari ayahnya, kemudian berkarir sebagai psikoanalis yang ulung di bidangnya.

Sebelum menikah, antara Oktober 1885 hingga Februari 1886, Freud bekerja di Paris bersama seorang neurolog kenamaan prancis, jean martin sharcot, yang membuat Freud terkesan atas pembelaannya yang berani dalam mempertahankan pemikirannya tentang hipnotis sebagai salah satu instrumen bagi penyembuhan berbagai gangguan medis. Serta tidak kurang beraninya adalah tesisnya (walaupun sebenarnya agak kuno), bahwa tidak lelaki tidak kalah rentan dibanding kaum perempuan untuk menderita histeria. Charcat, sang peneliti tiada tanding ini, boleh dibilang sebagai pendorong pertumbuhan minat Freud pada aspek-aspek teoritis dan terapiutis dari penyembuhan ganguan mental. Sekitar tahun 1890-an (sebagaimana diceritakan kepada seorang temannya), ilmu psikologi telah menjadi raja dalam dirinya. Selama tahun-tahun tersebut, ia berupaya keras membentuk teori psikoanalisis tentang pikiran.

Freud sebegai tokoh produktif dan giat bekerja, hal itu terbukti karena dia meskipun telah lanjut usia dan sakit-sakitan, dia tetap bekerja sebagai seorang dokter dan penulis. Dia meninggal pada 23 September 1939 di London setelah menelan beberapa dosis morfin yang mematikan yang diminta dari dokternya. Freud tidak percaya pada keabadian manusia, namun karyanya terus hidup hingga kini.

2. Pengalaman Intelektual Sigmund Freud 
Diantara orang-orang yang berpendidikan dewasa ini, tentu pernah mendenganr tentang Sigmund Freud. Namanya disebut dimana-mana. Dalam surat kabar dan majalahpun tidak jarang kita menemuai nama dokter Austria ini. Di jaman kita ini pengaruhnya amat luas dan menyangkut berbagai bidang. Bukan saja dalam ilmu pengetahuan, melainkan juga dalam seluruh kultur modern terlihat bekas-bekas aktivitas intelektual Freud.

Freud sangat berminat pada semua hal yang secara khusus dipandang mampu membantu pemikirannya. Di tahun 1887, dia bertemu dengan seorang spesialis hidung dan tenggorokan dari Berlin, Wilhelm Fliess dan dengan cepat terjalin persahabatan yang kental di antara mereka. Fliess adalah seorang pendengar yang diidam-idamkan Freud: seorang tokoh intelektual yang tidak mudah dikejutkan oleh gagasan baru apapun, seorang penyebar teori-teori provokatif (yang kadang bermanfaat), seorang penggemar yang selalu menjejali Freud dengan ide-ide yang bisa dia kembangkan. Selama lebih dari satu dekade, Fliess dan Freud saling bertukar surat-surat rahasia dan catatan-catatan teknis atau kadangkala bertemu untuk menjelajahi gagasan-gagasan subversif mereka. Dari sanalah Freud bergerak menuju penemuan teknik psikoanalisis bagi praktek-prakteknya: para pasiennya membuktikan bahwa Freud adalah seorang pembimbing yang lihai. Spesialisasinya semakin meluas di bidang penanganan histeria pada kaum perempuan. Dan dalam mengamati gejalagejala serta mendengarkan berbagai keluhan mereka, Freud menyadari kemudian bahwa meskipun dia seorang pendengar yang baik, dia tidak cukup seksama dalam mendengar. Begitu banyak yang mereka miliki untuk diceritakan kepada Freud.

Pada tahun 1895, Freud dan seorang teman yang sudah dia anggap sebagai ayahnya sendiri, Josep Breuer (seorang dokter spesialis penyakit dalam yang sedang berkembang dan baik hati), bersama-sama menerbitkan Studies On Hysteria, yang memberikan kebanggaan tersendiri bagi seorang pasien Breuer, Anna O. Perempuan ini menyumbang materimateri menarik bagi bahan percakapan Breuer dan Freud, dan menjadi pasien pertama yang menjalani psikoanalisis (walaupun hal ini sedikit agak bertentangan dengan kehendaknya dan kehendak Breuer). Berkaitan dengan kepuasan hati Freud, perempuan ini menunjukkan, bahwa histeria berasal dari kegagalan fungsi seksual dan gejala-gejala ini dapat dibicarakan demi kesembuhannya.

Tahun 1895 dalam beberapa hal tertentu juga merupakan tahun yang penting bagi Freud. Pada bulan Juli, Frued berhasil menganalisis sebuah mimpi, melalui usahanya sendiri. Dia selanjutnya menggunakan mimpi ini, yang disebut sebagai “injeksi irma”, sebagai model bagi interpretasi mimpi psikoanalisis saat dia menerbitkan Interpretation Of Dreams. Pada musim gugur, dia mengerjakan sebuah konsep, namun tidak pernah diselesaikan atau diterbitkan, atas apa yang selanjutnya disebut sebagai Projeck For a Scientific Psychology.

Konsep ini merupakan antisipasi atas sejumlah teori dasarnya sekaligus sebagai pengingat bahwa Freud memberikan penekanan yang sangat besar pada interpretasi fisiologis tradisional atas peristiwa-peristiwa mental. Penemuan yang mengakibatkan nama Freud menjadi mashur adalah psikoanalisa. Istilah ini diciptakan oleh dia sendiri dan muncul untuk pertama kali pada tahun 1896. teori psikoanalisa lahir dari praktek dan tidak sebaliknya. Psikoanalisa ditemukan dalam usaha untuk menyembuhkan pasien-pasien histeris. Baru kemudian Freud menarik kesimpulan-kesimpulan teoritis dari penemuannya di bidang praktis. Freud sendiri beberapa kali menjelaskan arti istilah psikoanalisa, tetapi cara menjelaskannya tidak selalu sama. Salah satu cara yang terkenal berasal dari tahun 1923 dan terdapat dalam suatu artikel yang ditulisnya bagi sebuah kamus ilmiah Jerman. Di situ ia membedakan tiga arti. Pertama, istilah “psikoanalisa” dipakai untuk menunjukkan suatu metode penelitian terhadap proes-proses psikis (seperti misalnya mimpi) yang sebelumnya hampir tidak terjangkau oleh penelitian ilmiah. Kedua, istilah ini menunjukkan juga suatu teknik untuk mengobati gangguan-gangguan psikis yang dialami oleh pasien-pasien neurotis. Teknik pengobatan ini bertumpu pada metode penelitian tadi. Ketiga, istilah yang sama dipakai pula dalam arti lebih luas lagi untuk menunjukkan seluruh pengetahuan psikologis yang diperoleh melalui metode dan teknik tersebut di atas. Dalam arti terakhir ini kata “psikoanalisa” mengacu pada suatu ilmu pengetahuan yang dimata Freud betul-betul baru.

Psikoanalisa bagi Freud merupakan sebuah metode yang menjanjikan hasil lebih sistematis dan lebih seksama dibanding metode penyelidikan dari seorang otobiografer yang paling jujur sekalipun. 3 atau 4 tahun kemudan setelah Freud menemukan teori psikonalisis, selama dia bekerja dengan “buku mimpi”nya, berbagai penemuan baru ikut meramaikan hari-harinya. Namun pertama-tama dia harus membuang “teori penggodaan” yang sempat membuatnya berjaya untuk beberapa lama. Teori ini menganggap, bahwa setiap gangguan jiwa adalah akibat dari aktivitas seksual prematur, sebagian besar berupa penganiayaan anakanak, yang terjadi dimasa kanak-kanak. Setelah terbebas dari teori yang cukup luas cakupannya umum mustahil ini, Freud mulai menghargai arti pentingnya fantasi dalam kehidupan mental, dan menemukan oedipus komplek, yaitu tentang segitiga keluarga yang universal itu.

Meskipun Freud dianggap sebagai dokter yang radikal, secara berangsur-angsur Freud mulai mendapat wibawa dan pengikut. Dia sempat berselisih paham dengan Fliess pada 1900. meskipun korespondensi mereka masih berlanjut untuk beberapa saat setelahnya, kedua lelaki ini tidak pernah lagi bertemu muka. Pada tahun 1902, setelah melalui beberapa penundaan, yang rupanya telah dibangkitkan oleh gerakan antisemitisisme digabung dengan kecurigaan bahwa ia menjadi pelopor gerakan pembaharuan, pada akhirnya Freud diangkat sebagai profesor pembantu di Universitas Wina. Pada akhir tahun itu, Freud bersama empat orang dokter Wina lainya, mulai melakukan pertemuan-pertemuan setiap rabu malam di apartemennya, jalan Bergasse No. 19, untuk membahas berbagai persoalan psikoanalitis; empat tahun kemudian, kelompok ini yang telah berkembang menjadi lebih dari 12 anggota tetap di dalamnya, mempekerjakan seorang sekretaris (Otto Rank) untuk membuat notulen dan catatan-catatan penting. Pada tahun 1908 kelompok ini akhirnya mengikrarkan diri sebagai lembaga psikoanalisis Wina. Setidaknya beberapa lelaki dari kalangan medis (dan sedikit perempuan) menanggapi pemikiran-pemikiran Freud.

Setelah melalui perjalanan intelektual di atas Freud beranggapan, bahwa hidup psikis sebagai buah hasil suatu konflik antara daya-daya yang tertentu. Pengertian ini merupakan suatu faktor yang tetap dan tidak berubah, dari penelitiannya yang petama tentang histeri sampai dengan karya-karyanya dalam periode yang terakhir. Tetapi dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan, daya-daya manakah yag terlibat dalam konflik tersebut, pemikirannya akan mengalami suatu perkembangan sepenjang tiga periode. Periode pertama, Freud membedakan tiga struktur atau “instansi” dalam hidup psikis: taksadar, prasadar dan sadar. taksadar atau ketidaksadaran meliputi apa yang terkena represi. Prasadar meliputi apa yang dilupakan, tetapi dapat diingat kembali tanpa perantaraan psikoanalisa. Freud menakankan bahwa yang taksadar dan yang prasadar termasuk dua sistem yang berbeda-beda. Sebetulnya yang prasadar membentuk satu sistem yang dengan yang sadar atau kesadaran. Prasadar bersama kesadaran merupakan ego. Antara sistem taksadar dan sistem sadar memainkan peranan apa yang disemut sensur. Setiap unsur taksadar yang mau masuk kesadaran, lebih dahulu akan melewati sensur itu.

Pereode kedua, merupakan pendalaman teori psikoanalisa. Jika dalam periode pertama Freud bekerja dalam kesepian , maka dalam periode kedua psikoanalisa menjadi suatu gerakan yang menarik banyak murid, baik dari Austria (khususnya Wina) maupun dari luar negeri.

Periode ketiga, merupakan sebagai pengembangan dari unsurunsur yang sebenarnya sudah ada dalam karangan-karangannya pertama. Berdasarkan obsevasi yang lebih tepat dan sistematis yang lebih koheren, Freud mengembangkan pemikirannya sampai mencapai bentuknya yang definitif. Ada tiga tema pokok yang menandai periode ketiga ini yaitu: ditemukannya naluri kematian dan naluri kehiduapan, pentingnya ego dan peranan kecemasan.

Marilah kita memandang ketiga periode di atas satu persatu dengan seksama dan lebih dekat lagi dalam sub bab berikutnya. Sesudah itu kita akan meneropongi beberapa karya dimana Freud menggunakn psikoanalisa untuk membeberkan suatu perspektif yang amat luas yang menjangkau masyarakat dan kultur seluruhnya. 

B. Karya-Karya Sigmund Freud 
Sigmund Freud disamping menjadi seorang psikolog juga mempunyai kelebihan lain yaitu dalam bidang sastra. Gaya bahasa Sigmund Freud yang bermutu tinggi telah diketahui semenjak ia masih duduk di bangku sekolah. Pada tahun 1930 Sigmund Freud pernah menjadi orang keempat penerima hadiah Goethe dibidang kesusastraan yang diberikan di kota Frankfrut. Dalam kumpulan karya-karya Sigmund Freud terdapat lebih banyak rujukan terhadap Goethe dan Shakespeare dari pada terhadap tulisan ahli jiwa manapun.

Sigmund Freud menganggap dirinya sebagai seorang ilmuwan dan tentu saja bukan sebagai seorang filosof dalam pengertian teknis. Dia tidak tertarik pada bidang filsafat meskipun dia pernah menerjemahkan bukubuku karya John Stuarth Mill. Namun sebagai seorang pencipta sistem, ia mempunyai kemiripan dengan beberapa filosof. Sedangkan sifat Sigmund Freud yang pemalu sangat mempengaruhi penulisan otografinya yang hampir seluruhnya terarah pada perkembangan psikoanalisa dan hampir tidak menceritakan tentang kehidupan pribadinya. Pada tahun 1885 M ia menulis surat kepada tunangannya dan menyatakan bahwa selama empat belas tahun terakhir, Sigmund Freud menghabiskan hampir seluruh hidupnya untuk menyelidiki rahasia pribadi orang lain yang ingin disembunyikan Sigmund Freud sendiri sangat enggan mengungkapkan rahasia pribadinya kepada orang lain.23 Sebagai seorang ilmuan Sigmund Freud tidak kalah cakapnya dengan ilmuan-ilmuan lain, dimana Sigmund Freud juga memiliki karya tulis yang banyak sekali. 

Secara garis besar karya-karya Sigmund Freud dapat diklasifikasikan kedalam tiga periode: 
1. Periode pertama (1895 – 1905) 
Periode pertama merupakan terbentuknya teori psikoanalisa. Penemuan Sigmund Freud yang paling fundamental adalah peranan dinamis ketidaksadaran dalam hidup psikis manusia, karena pada waktu itu psikis disamakan begitu saja dengan kesadaran. Untuk yang pertama kali dalam sejarah psikis Sigmund Freud menjelaskan bahwa hidup psikis manusia sebagian besar berlangsung pada taraf tidak sadar. Dalam karyanya yang diterbitkan selama periode ini, penemuanpenemuan yang fundamental ini dilukiskan dari berbagai segi dan dalam karya-karyanya tersebut, Sigmund Freud menerangkan tentang semua unsur hakiki psikianalisa yang telah di rumuskan. Buku yang pertama yang telah ditulis Sigmund Freud dalam kerja sama dengan dokter Josep Breuer: “Studi-Studi Tentang Histeri” (1895), merupakan laporan tentang permulaan penemuan Sigmund Freud. Jadi selama periode pertama kira-kira sepuluh tahun Sigmund Freud selain menerbitkan buku yang pertama, telah menerbitkan lima buku lagi yang menjadi dasar bagi seluruh ajarannya: “Penafsiran Mimpi” (1900), “Psikopatologi Tentang Hidup Sehari-Hari” (1901), “Tiga Karangan Tentang Teori Seksualitas” (1905), “Lelucon Dan Hubungannya Dengan Ketidaksadaran” (1905) dan “Kasus Dora” (1905)”24 

2. Periode kedua (1905 – 1920)
Periode kedua merupakan periode pendalaman teori psikoanalisa. Ditengah kesulitan-kesulitan yang dialami oleh Sigmund Freud dalam melanjutkan pekerjaannya dan memperluas penelitiannya sampai bidang-bidang nonmedis. Diantara karangan-karangan yang diterbitkan pada periode kedua adalah “Dilinium Dan Mimpi-Mimpi” dalam Gradiva karangan W. Jensen (1907), “Memperkenalkan Psikoanalisa; Lima Ceramah” (1910), “Sebuah Ingatan Dari Masa Anak Leonardo da Vinci” (1910), “Totem dan Tabu” (1913), “Pengantar Pada Harsisisme” (1914) dan “Pengantar Pada Psikoanalisa” (1916-1917)”. Pada tahun 1915 Sigmund Freud telah menulis dua belas karyanya yang kecil-kecil menyangkut pokok-pokok teoritis dalam psikoanalisa. Akan tetapi diantara dua belas karyanya tersebut yang masih sampai kepada kita hanyalah lima buah yaitu “Malu Dan Liku-Likunya”, “Represi Ketidaksadaran”, “Tambahan Metapsikologis Tentang Teori Mimpi” dan “Perkabungan” dan “Melankali”, kelima karya Sigmund Freud ini merupakan karya terpenting dibidang metapsikologi.

3. Periode ketiga (1920 – 1939) 
Periode ketiga ini merupakan suatu revolusi radikal dalam ajaran Sigmund Freud, mulai ada pengembangan dari unsur-unsur yang sebenarnya sudah terdapat dalam karangan-karangan pertama, misalnya saja karangan yang berjudul “Diseberang Prinsip Kesenangan” (1920), “Merupakan Pengembangan Dari Teori Naluri, Ego dan Id” (1923), “Inhibisi, Gejala dan Kecemasan” (1926).

Selain itu Sigmund Freud juga menulis karya-karyanya khusus dibidang filsafat budaya, dimana ia lebih menyoroti tentang asal-usul agama dan fungsi agama, dan ini juga sudah pernah dibahas pada karyakaryanya diperiode kedua yaitu “Totem dan Tabu”. Buku-buku yang penting pada periode ketiga yaitu “Hari Depan Sebuah Ilusi” (1927), “Ketidakpuasan Dalam Kultur” 91930), “Musa dan Monoteisme” (1939).

C. Teori Psikoanalisa Sigmund Freud 
Saya tidak tahu sudah sejauh mana pengetahuan pembaca tentang teori psikonalisa Sigmund Freud, baik lewat membaca atau dari mendengarkan pembicaraan orang lain. Tetapi sesuai dengan tema sub bab ini saya menganggap masih perlu mengungkapnya sebagai panduan untuk memudahkan pemahamnan pada bahasan selanjutnya. Freud sebagai pemikir besar abad ke-20 yang turut menentukan cara bagaimana kita memandang dunia dan diri kita sendiri. Penemuan yang mengakibatkan nama Freud menjadi mashur adalah psikoanalisa. Sebagai pendiri psikoanalisa, walaupun psikoanalisa ini berasal dari campur tangan ide-ide Josep Breuer namun istilah ini diciptakan oleh Freud sendiri dan muncul untuk pertama kali pada tahun 1896. 

Di sini Freud tidak memberikan suatu batasan dalam arti yang sebenarnya. Secara agak umum boleh dikatakan bahwa psikonalisa merupakan suatu pandangan baru tentang manusia pada abad 20-an, dimana ketidaksadaran memainkan peranan sentral. Pandangan ini mempunyai relevansi praktis, karena dapat digunakan dalam mengobati pasien-pasien yang mengalami gangguan-gangguan psikis. Teori psikoanalisa lahir dari praktek dan tidak dari sebaliknya. Seperti yang telah kita ketahui bersama istilah psikoanalisa walaupun diciptakan Frued sendiri namun bukanlah murni hasil dari penemuannya sendiri, akan tetapi berkat jasa dr. Josep Breuer sewaktu Sigmund Freud masih menjadi mahasiswa dan sibuk dengan persiapan ujian (1880 – 1882). Metode katarsis dr. Breuer merupakan fase permulaan bagi psikoanalisa.

Sigmund Freud tidak hanya belajar dan mempraktekkan metode hipnosa (katarsis) untuk menangani kasus-kasus hysteria tetapi lebih dari itu ia juga sempat mengadakan kerjasama dengan Breuer dalam menangani sejumlah kasus hysteria. Dari hasil kerja sama tersebut kemudian dibuat buku “Studien Uber Hysteria” (1895). Tidak lama kemudian setelah buku tersebut diterbitkan, Sigmund Freud memisahkan diri serta meninggalkan metode yang dipakai oleh Breuer karena ia merasa tidak puas dengan prosedur dan hasil yang dicapainya. Setelah meninggalkan metode hipnosa (katarsis), ia mencoba menggunakan metode sugesti yang dipelajari dari dr. Bernheim pada tahun 1889. Ternyata hasilnya masih belum memuaskan Sigmund Freud sehingga pada akhirnya ia mengembangkan metodenya sendiri yaitu asosiasi bebas. Sejak Sigmund Freud menempuh jalan sendiri, mengembangakan gagasan serta metode terapi sendiri sesungguhnya ia tengah berada dalam usaha membangun landasan bagi ajaran psikoanalisanya. Jadi dapat dikatakan bahwa metode asosiasi bebas itu merupkan tongkak yang menandai dimulainya psikoanalisa.

Secara skematis Sigmund Freud mengambarkan jiwa sebagai Gunung Es dimana bagian yang muncul di permukaan air merupakan bagian terkecil yaitu puncak dari Gunung Es itu yang dalam hal kejiwaan adalah bagian kesadaran (conciousnes), agak di bawah permukaan adalah bagian pra kesadaran (sub conciousness) dan bagian terbesar terletak di dasar air yang dalam hal kejiwaan merupakan alam ketidaksadaran (unconciousness). Sehingga dapat dikatakan bahwa kehidupan mausia dikuasai oleh alam ketidaksadaran dan berbagai kelainan tingkat laku dapat disebabkan karena faktor-faktor yang terpendam dalam alam ketidaksadaran. 

Maka dari itu untuk mempelajari seseorang kita harus menganalisa jiwa orang tersebut sampai kita dapat melihat keadaan dalam alam ketidaksadarannya, yang selama ini tertutup oleh alam sadar. Sehubungan dengan eksperimen-eksperimen yang dilakukan dan teori-teori yang dikemukakannya, maka dalam psikoanalisa dikenal adanya tiga aspek yaitu psikoanalisa sebagai teori kepribadian, psikoanalisa sebagai teknik evaluasi kepribadian dan psikoanalisa sebagai teknik terapi (penyembuhan).


1. Psikoanalisa Sebagai Teori Kepribadian 
a. Struktur kepribadian 
Menurut Freud kepribadian terdiri atas tiga sistem atau aspek yaitu: id (aspek biologis), ego (aspek psikologis) dan superego (aspek sosiologis).
Untuk mempelajari dan memahami sistem kepribadian manusia, Freud berusaha mengembangkan model kepribadian yang saling berhubungan dan menimbulkan ketegangan antara satu dengan yang lainnya. Konflik dasar ketiga sistem kepribadian tersebut dapat menciptakan energi psikis individu dan memiliki sistem kerja, sifat serta fungsi yang berbeda. Meskipun demikian antara satu dengan yang lainnya merupakan satu tim yang saling bekerja sama dalam mempengaruhi perilaku manusia. Id merupakan lapisan psikis yang paling dasariah, kawasan eros dan thanos berkuasa. Dalam id terdapat naluri-naluri bawaan biologis (seksual dan agresif, tidak ada pertimbangan akal atau etika dan yang menjadi pertimbangan kesenangan) serta keinginankeinginan yang direpresi. Hidup psikis janin sebelum lahir dan bayi yang baru dilahirkan terdiri dari id saja. Jadi id sebagai bawaan waktu lahir merupakan bahan dasar bagi pembentukan hidup psikis lebih lanjut.

Sedangkan naluri id merupakan prinsip kehidupan yang asli atau pertama, yang oleh Freud dinamakan prinsip kesenangan, yang tujuannya adalah untuk membebaskan seseorang dari ketegangan atau mengurangi jumlah ketegangan sehinga menjadi lebih sedikit dan untuk menekannya sehingga sedapat mungkin menjadi tetap. Ketegangan dirasakan sebagai penderitaan atau kegerahan sedangkan pertolongan dari ketegangan dirasakan sebagai kesenangan.

Id tidak diperintahkan oleh hukum akal atau logika dan tidak memiliki nilai etika ataupun akhlak. Id hanya didorong oleh satu pertimbangan yaitu mencapai kepuasan bagi keinginan nalurinya, sesuai dengan prinsip kesenangan.

Menurut Freud ada dua cara yang dilakukan oleh id dalam memenuhi kebutuhannya untuk meredakan ketegangan yang timbul yaitu melalui reflek seperti berkedip dan melalui proses primer seperti membayangkan makanan pada saat lapar. Sudah pasti dengan membayangkan saja kebutuhan kita tidak akan terpenuhi melainkan hanya membantu meredekan ketegangan dalam diri kita. Agar tidak terjadi konflek maka dari itu diperlukan sistem lain yang dapat merealisasikan imajinasi itu menjadi kenyataan sistem tersebut adalah ego. 

Ego adalah sistem kepribadian yang didominasi kesadaran yang terbentuk sebagai pengaruh individu kepada dunia obyek dari kenyataan dan menjalankan fungsinya berdasarkan pada prinsip kenyataan berarti apa yang ada. Jadi ego terbentuk pada struktur kepribadian individu sebagai hasil kontak dengan dunia luar. Adapun proses yang dimiliki dan dijalankan ego sehubungan dengan upaya menawarkan dengan kebutuhan atau mengurangi ketegangan. 

Ego merupakan pelaksanaan dari kepribadian, yang mengontrol dan memerintahkan id dan superego serta memelihara hubungan dengan dunia luar untuk kepentingan seluruh kepribadian yang keperluannya luas. Jika ego melakukan faal pelaksanaannya dengan bijaksana akan terdapat keharmonisan dan keselarasan. Kalau ego mengarah atau menyerahkan kekususannya terlalu banyak kepada id, kepada superego ataupun kepada dunia luar akan terjadi kejanggalan dan kesadarannya pun tidak teratur.38 Selain itu ego juga merupakan hasil dari tindakan saling mempengaruhi lingkungan garis perkembangan idividu yang ditetapkan oleh keturunan dan dibimbing oleh proses-proses pertumbuhan yang wajar. Ini berarti bahwa setiap orang memiliki potensi pembawaan untuk berpikir dan menggunakan akalnya.

Sehingga dapat dikatakan bahwaa kebanyakaan ego bekerja di bidang kesadaran, terkadang juga pada alam ketidaksadaran dan melindungi individu dari gangguan kecemasan yang disebabkan oleh tuntutan id dan superego. Superego merupakan sistem kepribadian yang berisi nilai-nilai moral bersifat evaluatif (memberikanbatasan baik dan buruk). Menurut Freud superego merupakan internalisasi idividu tentang nilai masyarakat, karena pada bagian ini terdapat nilai moral yang memberiakan batasan baik dan buruk.

Dengan kata lain superego dianggap pula sebagai moral kepribadian. Adapun fungsi pokok dari superego jika dilihat dari hubungan dengan ketiga aspek kepribadian adalah merintangi impuls-impuls ego terutama impuls-impuls seksual dan agresif yang pernyataannya sangat ditentang oleh masyarakat dan mendorong ego untuk lebih mengejar hal-hal yang moralistis daripada yang realistis serta mengejar kesempurnaan yang diserap individu dari lingkungannya. Sedangkan dalam superego yang bersifat ideal, Freud membaginya kedalam dua kumpulan yaitu suara hati (cansience) dan ego ideal. Kata hati didapat melalui hukuman oleh orang tua, sedangkan ego ideal dipelajari melalui penggunaan penghargaan. Superego dapat obyektif dan lingkungan proses rohaniah yang lebih tinggi maka superego dapat dianggap sebagai hasil sosialisasi dengan adat tradisi kebudayaan. Superego dalam peranannya sebagai penguasa dari dalam dirinya kemudian mengambil tindakan serangan terhadap ego. Setiap kali ego mengandung pikiran untuk memusuhi atau membrontak terhadap seorang yang berkuasa di luar. Oleh karena itu ego merupakan agen dari penghidupan superego dengan jalan berusaha untuk menghancurkan ego mempunyai tujuan yang sama dengan keinginan mati yang semula dalam id. Itulah sebabnya maka superego dikatakan menjadi agen dari naluri-naluri kematian.

b. Dinamika kepribadian 
Freud sangat terpengaruh oleh filsafat determinisme dan positivisme abad XIX dan menganggap organisme manusia sebagai suatu kompleks sistem energi, yang memperoleh energinya dari makanan serta mempergunakannya untuk bermacam-macam hal: sirkulasi, pernafasan, gerakan otot-otot, mengamati, mengingat, berpikir dan sebagainya. Sebagaimana ahli-ahli ilmu alam abad XIX yang mendefinisikan energi berdasarkan lapangan kerjanya, maka Freud menamakan energi dalam psike ini “energi psikis”. Menurut hukum “penyimpangan tenaga” maka energi dapat berpindah dari satu tempat ketempat lain, tetapi tidak dapat hilang. Berdasarkan pemikiran itu Freud berpendapat, bahwa energi psikis dapat dipindahkan keenergi pisioligis dan sebalikya. Jembatan antara energi tubuh dengan kepribadian ialah id dengan instink-instingnya.

Salah satu msalah yang bayak dibicarakan oleh para ahli ialah jumlah dan macam-macamnya instink. Untuk menyebutkan beberapa macam saja misalnya James mengemukakan 32 macam instink, Mc Dougall mengemukakan 14 dan kemudian 18 macam instink, Thorndike mengemukakan 40 macam atau lebih, Angel mengemukakan 16 macam. Freud tidak berusaha memberikan jumlah serta macam-macamnya instink itu sebab dia beranggapan bahwa keadaan tubuh tempat bergantungnya instink itu tidak cukup dikenal. Mengenal keadaan tubuh bukanlah tugas ahli psikologi, melainkan tugas ahli fisiologi.

Walaupun demikian menerima bahwa bermacammacam instink itu dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu: 
  1. Instink-instink hidup Instink kehidupan baik yang berupa kecondongan untuk mempertahankan ego, libido narsissistis maupun libido berobyek. Bertujuan untuk pengikatan, artinya mengadakan kesatuan yang semakin erat dan karena itu semakin mantap untuk mempertahan hidup. 
  2. Instink-instink mati Instink kematian bertujuan untuk mengahancurkan dan menceraikan apa yang sudah bersatu, karena tujuan terakhir setiap mahluk hidup ialah mau tidak mau meninggal dunia. Maka dari itu dapat dikatakan bahwa baik instink-instink kehidupan maupun instink-instink kematian bersifat konsevatif, dalam arti bahwa kedua-duanya berusaha untuk mempertahankan suatu keadaan yang lebih dahulu. Instink kehidupan berusaha untuk mempertahankan kehidupan yang sudah ada, sedangkan instink kematian berusaha untuk mempertahankan keadaan inorganik. Menurut pendapat Freud dua jenis instink ini sesuai dengan dua proses pada taraf biologis yang berlangsung dalam setiap organisme, yaitu pembentukan dan penghancuran.
2. Psikoanalisa Sebagai Teknik Evaluasi Kepribadian 
Dalam usaha untuk menilai atau mengevaluasi kepribadian seseorang, psikoanalisa menggunakan teknik menganalisa dengan mengeluarkan faktor-faktor yang ada dalam alam bawah sadar seseorang. Yang disebut underlying faktors. Dalam hal ini psikoanalisa berpendapat bahwa pengaturan-pengaturan masa lalu sejak anak dilahirkan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kepribadian individu tersebut tidak menyadarinya. Ciri-ciri kepribadian (personality traits) pada seseorang selalu dipengaruhi pengalaman-pengalaman masa lalunya. Karena itu untuk mengetahui personality traits perlu diteliti masa lalu atau sejarah kehidupan individu yang bersangkutan. Maka dari itu untuk dapat mempelajari sejarah kehidupan seseorang dengan menemukan pengalaman-pengalaman dimasa lalu yang berpengaruh pada kepribadian masa kini. Untuk mempermudah dalam mempelajari dan menganalisa kepribadian, Sigmund Freud secara sistematis membagi tingkat perkembangan seseorang didalam beberapa fase. Sedangkan tingkat perkembangan seseorang ini erat sekali hubungannya dengan perkembangan kehidupan seksual dan karenanya disebut sebagai psychosexsual development. 

Menurut Sigmund Freud, mendasarkan pembagiannya pada perkembangan psikoseksual terdapat fase-fase tertentu. Fase-fase tersebut adalah sebagai berikut: 

1. Fase infantile (0,0 – 5,0 th) 
Fase ini dibedakan menjadi tiga yaitu: pertama, Fase oral (0 –1 th). Fase oral merupakan fase yang paling awal pada perkembangan psikoseksual seseorang karena seorang bayi sejak lahir alat yang paling penting memberi kenikmatan dalam hidupnya adalah mulutnya sendiri. Hal ini disebabkan karena melalui mulutnya ia dapat berhubungan dengan alat tubuh yang dapat memberi kenikmatan yaitu payudara ibu. Apabila sumber kenikmatan yang pokok tidak terpenuhi, maka bayi akan mencari kepuasan dengan mengisap jempol atau benda lainnya. Bayi akan menelannya apabila yang ada dalam mulut menyenangkan dan akan menyemburkan apabila yang ada dalam mulutnya bila dia rasakan tidak menyenangkan.
Minat mulut untuk memenuhi kepuasan ini tidak akan pernah lenyap walaupun si anak telah tumbuh menjadi orang dewasa. Menurut Freud hal ini dapat dilihat pada banyak orang dewasa yang gemar menghisap rokok dan berciuman. Kesulitan yang dialami oleh bayi pada fase oral akan megakibatkan energi libidinal terpusat pada fase ini dan individu akan kekurangan enerji untuk mengatasi kesulitankesulitan yang mucul pada fase-fase berikutnya.

Kedua, Fase anal (1 – 3 th). Fase ini fokus dari energi libidinal dialihkan dari mulut kedaerah dubur serta kesenangan atau kepuasan diperoleh dalam kaitannya dengan tindakan mempermainkan atau menahan faeces. Mulai dari fase ini, anak akan mendapat pengalaman untuk yang pertama tentang pengaturan impuls-impulsnya dari luar. Anak harus belajar menunda kenikmatan yang timbul dari defekasi (bebaskan diri). 

Sedangkan pengaruh yang akan diterima anak dalam pembiasaan akan kebersihan ini dapat mempunyai pengaruh yang besar pada sifat-sifat kepribadian anak dikemudian hari. Apabila sang ibu besikap keras dan menahan anak mungkin juga menahan faecesnya. Jika reaksi ini meluas kelain-lain hal maka anak dapat mempunyai sikap kurang bebas, kurang berani, tertekan dan lain-lain. Tetapi beda jika ibu bersikap membimbing dengan penuh kasih saying dan memuji apabila anak devekasi maka anak mungkin memperoleh pengertian bahwa memproduksi faeces merupakan aktifitas penting. Pengertian ini akan menjadi dasar daripada kreaitifitas dan produksifitas. Hal yang terpenting pada fase ini adalah anak memperoleh rasa memiliki kekuatan, kemandirian dan otonomi. Jika orang tua berbuat terlalu banyak bagi anaknya ini berarti bahwa si orang tua mengajari anaknya itu untuk tidak memiliki kesanggupan menjalankan fungsi diri. Jadi pada fase anal ini anak perlu bereksperimen, berbuat salah atau merasa bahwa mereka tetap diterima untuk kesalahannya itu dan menyadari diri sebagai individu yang terpisah dan mandiri.

Ketiga, Fase falik (3-5 th). Pada fase falik ini yang menjadi pusat perhatian adalah perkembangan seksual dan rasa agresi serta fungsi, alat-alat kelamin. Kenikmatan masturbasi mengalami peningkatan serta khayalan yang menyertai aktifitas otoerotik sangat penting. Anak menjadi lebih ingin tahu tentang tubuhnya. Mereka berhasrat untuk mengeksplorasi tubuh sendiri dan menemukan perbedaanperbedaan diantara kedua jenis kelamin. Fase falik merupakan periode perkemabangn hati nurani, suatu masa ketika anak belajar mengenal standar moral dan bahaya yang kritis adalah indoktrinasi standar-standar moral yang kaku dan realistis dari orang tua yang bisa mengarah pada pengendalian superego secara berlebihan sehingga mematuhi moral tetapi hanya karena takut. Efekefek lainnya adalah konflik-konflik yang kuat, perasaan bedosa, penuh sesal rendahnya rasa harga diri dan penghukuman diri.

Pada fase falik ini ada kompleks oedipus dan electra complex. Kompleks Oedipus merupakan keinginan anak laki-laki yang terarah pada ibunya sendiri. Sedagkan permusuhan dilontarkan pada ayah yang dianggap sebagai saingannya. Electra complex ini kebalikan dari kompleks Oedipus, jadi electra complex ini pada anak perempuan.

2. Fase latensi (5,0 – 12 th). 
Fase latensi disebut juga periode teduh. Suatu periode yang cukup panjang yang berlangsung sampai masa pubertas. Sepanjang periode ini aktifitas libidinal berkurang dan kita dapat mengamati suatu deseksualitas dalam pergaulan dengan orang lain dan dalam hidup emosional si anak. Dari sini mulai terbentuk rasa malu dan aspirasiaspirasi moral serta estetis. Rupanya perkembangan psikoseksual dari tahun pertama sama sekali dilupakan seolah-olah ada aktifitas seksual.60 Fase ini biasanya pada anak usia tujuh, delapan tahun sampai ia menginjak remaja. 

3. Fase pubertas (12 – 18 th) Dalam fase ini dorongan-dorongan mulai muncul kembali, apabila dorongan-dorongan ini dapat ditransfer dan disublimasikan dengan baik, maka anak akan sampai pada masa kematangan terakhir,yaitu: 

4. Fase genital 
Fase ini dimulai pada masa remaja, dimana segala kepuasan terpusat pada alat kelamin. Karakter genital mengiktisarkan tipe ideal dari kepribadian yakni terdapat pada orang yang mampu mengembangkan retasi seksual yang matang dan bertanggung jawab serta mampu memperoleh kepuasan dari percintaan heteroseksual. Untuk memperoleh karakter genital ini individu haruslah terbebas dari ketidakpuasan dan hambatan pada anak-anak. Pengalaman-pengalamn traumatik dimasa anak-anak atau mengalami fiksasi libido maka penyesuaian selama fase genital akan sulit.

Secara teoritis setiap orang harus melewati fase-fase tersebut dalam perkembangan psikoseksualnya. Apabila terjadi gangguan pada salah satu fase maka akan terjadi ketidakpuasan yang dapat menyebabkan terjadinya neurose pada orang tersebut dikemudian hari setelah ia dewasa. Dengan demikian maka untuk menilai kepribadian seorang penderita neurose dan mecari faktor-faktor penyebab neurose itu perlu diteliti segala peristiwa yang pernah terjadi selama tingkat-tingkat perkembangan psikoseksual, yang terdiri dari beberapa fase tersebut.

3. Psikoanalisa Sebagai Teknik Terapi 
Psikoanalisa disamping sebagai teori kepribadian dan teknik evaluasi kepribadian, psikoanalisa juga dikenal sebagai terapi yaitu teknik untuk menyembuhkan penyakit-penyakit kejiwaan tertentu. Prinsip yang dipakai dalam teknik terapi menurut psikoanalisa adalah mencari dulu faktor-faktor yang menyebabkan neurosa itu melalui teknik-teknik kepribadian. Apabila sudah diketahui penyebab itu, barulah diusahakan untuk menghilangkan faktor-faktor itu dalam rangka menghilangkan gejala-gejala penyakit.

Teknik-teknik perawatan yang dikemukakan Freud sangat berbeda dengan teknik-teknik yang diikuti oleh para dokter yang sudah lazim dalam praktek pengobatan mereka, dan tentunya merupakan cara yang revolusioner pada pereode sebelum-sebelumnya. Pada awal tahun 1904, Freud menyusun syarat tertentu untuk menyeleksi pasien yang cocok untuk psikoanalisis. Dia mengharuskan pasien tersebut memiliki tingkat pendidikan yang cukup tinggi dan karakter yang cukup dapat diandalkan. Dan tidak mau mengambil pasien psikosis; yaitu pasien yang menderita schizofrenia atau penderita melankolia yang paling parah (sakit depresi). Freud juga mengatakan bahwa pasien yang “hampir mendekati atau berada di atas usia lima puluh tahun” tidak cocok untuk psikoanalisis karena dua alasan. Pertama, dia takut bahwa banyaknya materi yang dialami pasien pada masa hidupnya telah begitu menumpuk sehingga perawatannya mungkin akan berlangsung secara tidak jelas. Kedua, dia mengatakan “orang lanjut usia tidak lagi dapat dididik”, sementara orang dibawah usia remaja “seringkali sangat mudah dipengaruhi”. Freud juga mengungkapkan bahwa saran memainkan peranan yang lebih besar di dalam psikoanalisis yang biasa diakuinya.

Freud dalam melakuakan praktek terapi, pasien diminta untuk berbaring tengkurap di atas sebuah dipan, sementara psikoanalisisnya duduk tidak kelihatan di belakangnya, dikarenakan tiga alasan: pertama, karena dengan demikian dapat mendorong lancarnya alur asosiasi bebas. Kedua, pengakuan Freud bahwa dia merasa ciut kalau harus ditatap secara terus menerus selama delapan jam atau lebih dalam sehari. Ketiga, Freud beranggapan akan lebih menguntungkan apabila si pasien tidak menyadari perubahan mimik pada wajah psikoanalisisnya. Ketiga alasan ini mempunyai kesahihan tertentu dan hampir semua analisis yang menggunakan cara Freud ini tetap menggunakan dipan.

Freud menganjurkan agar psikoanalis tidak membuat catatan mengenai pokok pembicaraan karena hal ini mungkin akan mengganggunya dalam mempertahankan sikap “memperhatikan dengan perhatian yang sama besar”. Dia juga menolak untuk memutuskan terlalu awal mana saja pendapat pasien yang dianggap penting. Freud menunjukkan bahwa manfaat dari apa yang didengar analis dalam pemabahasan khusus mungkin hanya dapat dibuktikan pada waktu yang akan datang. Seorang analis harus mengubah pikiran bawah sadarnya sendiri seperti sebuah alat penerima kearah pikiran bawah sadar pasien yang dipancarkan. Dia harus meyesuaikan dirinya sendiri dengan pasien seperti layaknya pesawat penerima telepon yang disesuaikan dengan mikropon pengirimnya.

1. Teknik talking cure (chimney sweeping) 
Teknik talking cure merupakan teknik yang pertama kali pada saat Freud melakukan prakteknya untuk yang pertama kali bersama dokter Josep Breuer. Teknik ini dilaksanakan dengan membina hubungan baik dengan pasien-pasiennya. Dari hubungan baik tersebut Freud membiarkan pasiennya menceritakan semuanya pengalamanpengalaman yang pernah dialaminya dari masa lalu. Melalui talking cure ini semua isi hati yang membuat si pasien kecewa dapat tersalurkan sehingga hati pasien menjadi lega terbebas dari tekananatekanan isi hati yang selama ini tidak bisa disalurkan keluar. Kemudian dari hubungan baik tersebut akan dapat menimbulkan “catharsis” yaitu suatu keadaan dimana pasien dengan bebas sekali mengemukakan semua kesukaran-kesukaran yang dialaminya kepada dokter. Akan tetapi menurut pengalaman Freud teknik talking cure kurang tepat karena dari teknik ini hanya menghasilkan hal-hal yang terdapat dalam alam kesdaran. Padahal persoalan yang menyebabkan gangguan kejiwaan kebanyakan pada alam ketidaksadaran.

2. Katarsis (hipnosa) 
Metode katarsis ini diperoleh dari dokter Josep Breuer. Metode hipnosa merupakan suatu teknik atau metode untuk menjadikan pasien-pasien setengah sadar atau berkurang kesadarannya sehingga lebih mudah dilihat isi dari alam ketidaksadarnnya. Menurut dr. Breure berdasarkan metode katarsis itu telah terbukti adanya perkaitan antara ingatan-ingatan yang dilupakan dengan gejala-gejala histories. Sebab arti gejala-gejala itu dapat dinyatakan setelah pasien dimasukkan dalam keadaan hipnosa.

Jadi dalam metode katarsis yang diajarkan oleh Breure menurut pasien dihipnosis secara mendalam, karena hanya dalam keadaan hipnosa diperoleh sumber-sumber pataganis. Dalam menghadapi kasus akut, Bernheim berulang-ulang mengatakan bahwa sugesti adalah inti manifestasi hipnotisme dan hipnotis itu sendiri adalah hasil dari sugesti atau kondisi yang disugesti. Dalam keadaan bangun, dia juga lebih suka menggunakan sugesti yang juga akan memberi hasil yang sama.

Freud dalam menjalankan metode hypnosis dikabarkan telah sukses menagani kasus gangguan syaraf, yaitu perilaku irrasional seseorang yang berada dalam kesusahan.71 Tetapi tidak lama kemudian Freud merasa kurang puas dengan metode katarsis (hipnosa) karena metode ini dirasakan terlalu berat bagi dokter bersangkutan dan juga karena hasilnya kurang memuaskan akibat daya tahan pasien sering kali tidak dapat dibongkar, malah dipertebal saja.

Ia juga mengatakan pekerjaan ini mengingatkan pada metode megis, sulap dan takhayul. Hanya saja, untuk kepentingan pasien, dokter harus melakuakannya. Walaupun sebenarnya tidak demikian karena metode hipnosa dapat dijelaskan secara ilmiah. Sehingga Freud perlu mengembangan tehniknya sebagai penyempurna tehnik-teknik sebelumnya. 

3. Metode asosiasi bebas (free assosiation)
Asosiasi bebas merupakan teknik utama dalam psikoanalisa. Analisis meminta kepada pasien agar membersihkan pikirannya dari pemikiran dan renungan sehari-hari dan sebisa mungkin menyatakan apa saja yang terlintas dalam pemikirannya betapapun menyakitkan. Asosiasi bebas adalah suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman masa lalu dan pelepasan emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi traumatis dari masa lampau. Jadi dalam metode asosiasi bebas ini pasien harus meninggalkan setiap sikap kritis terhadap fakta-fakta yang disadari dan mengatakan apa saja yang timbul dalam pemikirannya. Freud berkeyakinan bahwa hidup psikis sama sekali detirminis dalam arti bahwa tidak ada sesuatu pun yang kebetulan oleh karena asal pasien jujur maka dokter akan dapat menyelami pikiran yang bebas dari pasien.

Dari prakteknya penyembuhan menggunakan asosiasi bebas ini belum membuat Sigmund Freud puas. Hal ini karena masih kurang banyak isi dari ketidaksadaran yang dapat dikorek keluar sehingga penyembuhan pun kurang meyakinkan. 

4. Penafsiran mimpi 
Dari berbagai usaha yang telah dilakukan akhirnya Freud berfikir bahwa isi ketidaksadaran dapat pula timbul dalam mimpi. Mimpi merupakn suatu produk psikis dan karena hidup psikis dianggap sebagai konflik antara daya-daya psikis maka bisa diterima jika ia menyatakan mimpi sebagai perwujudan suatu konflik. Mimpi sebagai keinginan taksadar yang muncul dalam kesadaran. Di dalam mimpi ada tiga materi yang telah dikemukakan oleh Freud yaitu; pertama, telah diketahui bahwa materi-materi tertentu yang muncul dalam isi mimpi, yang sesudahnya tidak bisa dikenali di alam sadar, adalah bagian dari pengetahuan dan pengalaman seseorang.

Kedua, sumber materi-materi untuk direproduksi dalam mimpi yang diambil adalah dari masa kanak-kanak. Ketiga, keanehan ingatan dalam mimpi yang paling luar biasa sekaligus paling sulit untuk dijelaskan adalah pada pemilihan materi yang akan diproduksi. Untuk menafsirkan mimpi orang harus menelusuri proses terbentuknya mimpi dalam jurusan yang berlawanan. Dengan bertolak dari isi yang terang, orang harus kemabali ke pikiran-pikiran tersembuyi yang telah didistorsi oleh sensus. Setelah terlewati ia akan dapat memperlihatkan keinginan yang direpresi. Maka penafsiran mimpi memainkan peran besar dalam perawatan psikoanalisis dan pada banyak kasus penafsiran mimpi jangka panjang menjadi instrumen paling penting dalam perawatan.

Bagi Freud analisa tentang mimpi membawa banyak keuntungan, yang pertama, analisa itu dapat meneguhkan hepotesanya tentang susunan dan fungsi hidup psikis. Kedua, melalui hasil studinya tentang mimpi-mimpi ia mencapai kerajaan yang besar dibidang pengobatan neurosa-neurosa, dimana mimpi tersebut dapat membongkar ingataningatan dari masa lampau.

Dari keempat teknik terapi Freud nampaknya para psikoanalisis modern jarang yang taat pada semua nasehat Freud, karena teknik terapi yang seharusnya dipraktekkan secara bersamaan dengan fleksibelitas akan tetapi Freud melakukan secara terpisah. Namun para psikoanalisis modern secara umum, dalam mengelola psikoanalisis dan bentuk psikoterapi lainya, masih berpegang pada cara-cara Freud dan tetap menjadi salah satu peninggalannya yang paling abadi.


FOLLOW and JOIN to Get Update!

Social Media Widget SM Widgets




Demo Blog NJW V2 Updated at: 7:24 PM

0 comments:

Post a Comment